Tips dari Petani Senior: Cukup gunakan 2 jenis pupuk, buah besar dan ‘montok’

Estimated reading time: 3 minutes

Dalam dunia pertanian, penggunaan pupuk yang tepat menjadi salah satu faktor kunci dalam meningkatkan hasil panen. Seiring dengan perkembangan teknologi dan metode pertanian modern, banyak petani yang mencari cara untuk memaksimalkan produktivitas lahan mereka. Namun, seorang petani sawit senior asal Pembuang Hulu memberikan perspektif yang menarik dengan menyarankan penggunaan hanya dua jenis pupuk untuk menghasilkan buah yang besar dan montok.

Petani senior yang memiliki lahan seluas kurang lebih 100 Ha dan telah berpengalaman lebih dari 30 tahun ini, Pak Sani, mengungkapkan bahwa dalam praktik pertaniannya, ia hanya menggunakan pupuk Organik dan pupuk Tunggal standar. Menurutnya, kombinasi ini telah terbukti efektif dalam memberikan nutrisi yang seimbang bagi tanaman, khususnya pada komoditas sawit.

Pupuk organik, yang memanfaatkan dari bahan-bahan hasil limbah pengolahan TBS seperti Tangkos1 dan Solid2. Pupuk ini tidak hanya memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, tetapi juga memperkaya mikroba tanah yang sangat penting untuk kesehatan tanaman. Pak Sani menjelaskan bahwa penggunaan pupuk organik secara teratur dapat meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang, sehingga bisa efisien mengimbangi pupuk kimia yang harganya tidak murah.

Di sisi lain, pupuk Tunggal yang dimaksud adalah UREA DB (N) dan KCL (K) memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen berperan penting dalam pembentukan daun dan batang yang sehat, sementara Kalium membantu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit serta memperbaiki kualitas buah. Dengan menggunakan 2 jenis pupuk ini secara bijaksana, Pak Sani dapat menghasilkan buah yang tidak hanya besar dan ‘montok’ tetapi juga memperbaiki pertumbuhan pokok sawit.

Dalam praktiknya, Pak Sani memberikan tips kepada petani muda agar memperhatikan timing dan dosis dalam menggunakan kedua jenis pupuk ini. Ia menyarankan agar pupuk organik diberikan pada saat awal musim tanam, ketika tanaman mulai berkembang. Sementara itu, pupuk Tunggal sebaiknya diberikan secara bertahap, sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Misalnya, pemberian pupuk yang dilakukan saat tanaman mulai berbunga dan berbuah, agar hasil yang didapat lebih optimal.

Selain pemilihan jenis pupuk, Pak Sani juga menekankan pentingnya pemeliharaan tanaman seperti perawatan gulma yang konsisten dan pengendalian hama secara alami. Ia menganjurkan untuk memanfaatkan tanaman penghalang dan predator alami untuk mengurangi serangan hama, sehingga penggunaan pestisida bisa diminimalkan. Pendekatan ini tidak hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga menghasilkan buah yang lebih aman untuk dikonsumsi.

Pak Sani telah membuktikan bahwa dengan menggunakan metode yang sederhana dan efektif ini, ia mampu mencapai hasil panen yang memuaskan. Ia percaya bahwa petani tidak perlu tergoda dengan berbagai macam pupuk yang ditawarkan di pasaran, melainkan fokus pada kualitas dan cara pemberian yang tepat.

“Kunci keberhasilan pertanian tidak selalu terletak pada kuantitas pupuk, tetapi pada pemahaman yang baik tentang kebutuhan tanaman,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Dalam penutup, Pak Sani berharap agar informasi ini dapat bermanfaat bagi petani di seluruh Indonesia. Ia percaya bahwa dengan menerapkan prinsip-prinsip sederhana ini, petani dapat meningkatkan hasil panen tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Dengan sinergi antara pengalaman petani senior dan inovasi teknologi, diharapkan dunia pertanian Indonesia dapat semakin maju dan berkelanjutan.


Catatan kaki:

  1. Tangkos atau Tandan Kosong, limbah padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit CPO. ↩︎
  2. Solid, juga merupakan limbah hasil pengolahan sawit yang memiliki tekstur lunak seperti ampas tahu, warna cokelat tua, dan bau asam manis . ↩︎

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *